2012年5月12日土曜日

New Fanfic

投稿者 Adytya Fitriani 時刻: 15:25
Ohayou minna...
Udah lama banget nih gak bikin fanfic, jadi hari ini aku mau posting fanfic perdana setelah dua taunan gak bikin long fanfic.. Hehehe :))))


Fanfic
Title : Million Star
Cast : Reina Mikigawa
            Iwamoto Hikaru
            Yagami Aya
            Nozawa Yuki
            Mis Snow Man Member
            And the other cast
Dislaimer : Bukan milik saya, saya hanya memiliki polotnya, hehehe
Chapter 1
“Kasihan sekali....” aku sudah sering mendengar kata-kata itu dari mulut orang yang bertemu denganku. Kadang saat mereka mengatakan itu, orang tuaku akan selalu menatapku dengan wajah khawatir. Tapi aku baik-baik saja. Aku hanya tersenyum dengan tegar setiap mereka mengasihani diriku, meski kadang hati ini terasa sakit hingga membuatku bertanya-tanya ; “Kenapa harus aku?” . Tapi seiring dengan waktu yang terus berjalan, kini aku sadar ini semua tadirku dan aku harus menjalaninya dengan tegar agar pada akhirnya tidak ada penyesalan.
~          ~          ~
“Jadi anak saya?” Reiko-san menangis pilu. Penjelasan dari dokter membuatnya begitu terkejut dan tak mampu menahan tangis. Suaminya, Ken-san meninggal tiga tahun yang lalu. Menderita penyakit yang sama dengan penyakit yang diderita anak perempuannya sekarang.
            “Ini bukan penyakit turunan, namun mungkin ini semua takdir yang harus Reiko-san terima.” Nakada-sensei menjelaskan. Reiko-san segera mengangguk dan pamit keluar ruangan. Ia harus menengangkan diri.
            Reiko-san kembali ke ruang rawat anaknya, Reina, setelah ia berhasil menengangkan diri di halaman belakang rumah sakit. Tubuh Reina berkeringat dingin, denyut jantungnya lemah, dan tangan serta kakinya bergetar hebat.
            “Gangguan otot.” Reiko-san menggengam tangan Reina. Berharap dengan itu ia bisa sedikit memberi kekuatan pada anaknya. “Kamisama, kenapa lagi-lagi cobaan datang? Setelah suami saya, kenapa anak saya yang harus terkena penyakit yang sama? Sebentar lagi saya harus melihat anak saya duduk di kursi roda tanpa bisa melakukan apapun.”
            “Permisi.” Reiko-san segera menghapus air matanya. Dan meminta orang yang tadi berbicara untuk masuk ke dalam ruang rawat.
            “Bibi...” Aya tersenyum dan memeluk Reiko-san. Langkah Aya diikuti seorang pemuda berperawakan tinggi, berkacamata, dan berkulit sangat putih. “Bagaimana keadaan Reina, Bi?” tanya Aya. Kali ini suaranya sedikit bergetar. Ia tidak dapat menyembunyikan pedih yang melanda hatinya ketika mendengar dari Reiko-san bahwa Reina menderita penyakit yang sama dengan Ayahnya.
            “Reina masih belum sadar, Aya. Bibi sangat takut terjadi sesuatu pada Reina. Selain Reina, Bibi sudah tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini.” Reiko-san mulai menangis kembali, membuat Aya tanpa sadar ikut menangis juga.
            Kedua orang tua Aya dan Reina sudah bersahabat sejak SMA dan itu membuat keduanya sering main bersama meski sudah menjadi orang tua. Karena hal itu lah Aya dan Reina menjadi akrab bahkan ketika mereka masih berada di dalam kandungan.
            “Reina pasti baik-baik saja, Bi. Aya yakin Reina anak kuat. Kita juga harus kuat supaya Reina tetap kuat.” Setelah berpelukan dengan erat cukup lama, akhirnya Reiko-san dan Aya melepaskan pelukan mereka.
            “Ah Bibi baru sadar kalau ada...” Aya segera menghampiri laki-laki itu dan menariknya untuk berkenalan dengan Reiko-san.
            “Maaf, Bi. Ini temanku,” kata Aya. “Namanya Nozawa Yuki.” ujar Aya.
            Reiko-san tersenyum. “Kalian satu sekolah? Yuki-san kenal Reina juga?”
            Yuki mengangguk. “Saya mengenalnya, Bi. Dia sahabat dari kekasih yang saya cintai.”
            “Nozawa-kun,” Aya segera menoleh pada Yuki dan mencubit lengan lelaki itu. “Kamu ini apa-apaan, sih?”
            “Aku ini kan memang kekasihmu. Lagipula kenapa kamu harus mengenalkan diriku dengan status teman. Kamu tidak senang berpacaran denganku?” tanya Yuki sedikit sewot.
            “Aku kan hanya malu. Dan tentu saja aku senang berpacaran denganmu.” pipi Aya bersemu merah.
            “Sudah.. sudah jangan bertengkar lagi.” Reiko-san mulai kewalahan melihat sepasang remaja bertengkar dihadapannya karena masalah kecil.
            “Bibi, maafkan kami...” Aya langsung melakukan ojigi. “Nozawa-kun, kamu juga cepat lakukan ojigi.” Aya segera menyuruh Yuki melakukan hal yang sama dengannya. Setelah melakukan ojigi, Aya pamit pulang. “Bibi kami pulang dulu, yah.”
            “Senangnya jadi Aya.” Reiko-san segera menoleh pada sumber suara dan mendapati Reina yang menatap kosong pintu ruang rawat dengan senyum yang terasa begitu pedih. “Aya itu cantik, lumayan pintar, dan ia berhasil mendapatkan laki-laki paling populer di sekolah.” airmata mulai membasahi pipi Reina. “Sedangkan aku, aku malah terkena penyakit langka. Seandainya bisa aku mau menukar hidupku dengan Aya.”
            “Reina, sejak kapan kamu sadar?” Reiko-san bertanya.
            Reina menatap Ibunya, pedih, “Setidaknya sejak Aya dan Nozawa-san menunjukan betapa akrab dan romantisnya mereka. Aku juga mau merasakan pacaran seperti mereka, tapi harapanku harus pupus. Padahal aku dan Aya pernah berjanji kalau suatu hari kami harus melakukan double date.”
            “Kamu sudah tahu tentang penyakitmu?” tanya Reiko-san sedikit ragu.
            “Tentu saja. Aku sudah tahu lebih dulu sebelum Ibu. Aku sudah curiga sejak aku mulai kehilangan kendali akan tanganku juga kakiku.” Reina tersenyum pedih. “Bu, aku mohon, aku mau pulang....” Reina memohon dan Reiko-san tidak mampu menolaknya.
            Hari itu juga Reiko-san membawa Reina pulang.
~          ~          ~
“Sampai kapan sih kamu mau memanggilku Nozawa-kun?” Aya langsung menoleh pada Yuki.  Mereka sedang dalam perjalanan pulang.
            “Sampai aku merasa panggilan itu sudah tidak cocok untukmu.” jawab Aya seenaknya.
            “Yagami....” Yuki tampak gemas. “Aku sudah mulai merasa panggilan Yagami tidak cocok untukmu.”
            Aya segera menghentikan langkahnya. “Jadi menurutmu panggilan apa yang cocok untukku?” tanya Aya penasaran.
            “Tentu saja Aya. Tapi aku tidak mau memanggil nama depanmu kalau kamu juga tidak memanggil nama depanku.” ujar Yuki.
            “Nozawa-kun.” Aya menunduk malu. “Aku belum siap untuk memanggil nama depanmu. Aku malu.” ujar Aya.
            “Sekali saja.” pinta Yuki. “Kalau sudah begitu aku akan memanggilmu Aya dan membiarkanmu tetap memanggilku Nozawa-kun.”
            “Yu.. Yuki-kun....” Aya merasakan pipinya panas. Ia malu. Sangat malu.
            “Aya-chan. Daisuki...” kemudian Yuki mencium bibir Aya. Aya terkejut, tapi ia membalas ciuman Yuki. Ini kali kedua mereka berciuman sejak memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih dua bulan yang lalu.
~          ~          ~
Reina berada di ruangan dokter sendirian. Sebenarnya Reiko-san ingin sekali menemani Reina, tapi Reina meminta agar ia bisa pergi ke dokter sendirian tanpa ditemani siapapun. Ia butuh berbicara empat mata dengan dokter yang menanganinya.
            “Apa yang mau kamu tanyakan, Reina-chan?” dokter bernama Nakada-sensei itu memang akrab dengan Reina. Selama Ken-san dirawat di Rumah Sakit, Reina lah yang paling sering menemani Ayahnya dan kadang Nakada-sensei menemani gadis tersebut.
            “Apa sudah tidak ada harapan lagi untuk saya? Apa pada akhirnya saya akan berakhir sama dengan Ayah?” tanya Reina.
            “Maaf kalau harus mengatakan ini semua. Semua ini bisa diperlambat tapi pada akhirnya akan berakhir sama. Ini penyakit langka dan masih jarang yang menderitanya.”
            Reina menangis. Ia tidak menyangka Tuhan akan memberikannya cobaan seberat ini. Sudah cukup melihat Ayahnya yang tak berdaya, kali ini ia lah yang akan berada di posisi Ayahnya tersebut. Diam dan tak bisa berbuat apapun.
            “Tapi saya akan berusaha untuk memperlambat penyakitmu Reina-chan.Mungkin ketika itu melambat, kedokteran dunia sudah berhasil menemukan obatnya sehingga kamu bisa sembuh,”
            “Sudahlah, Sensei. Tolong jangan kasih aku harapan palsu.” Reina pun pergi meninggalkan ruangan dokter.

0 コメント:

コメントを投稿

Pages

 

Sky Blue Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template and web hosting Graphic from Enakei