'aku baru sadar betapa berharganya kamu justru ketika kamu sudah tidak lagi berada disampingku'

Hei, aku rindu kamu.
aku rindu kebersamaan kita
aku rindu detik-detik yang kita habiskan
aku rindu ketika kau menatapku dengan begitu lembut..

Kini sudah tidak ada lagi kisah itu.
Kini sudah tidak ada lagi kebersamaan kita
Kini sudah tidak ada lagi yang menatapku begitu lembut seperti dirimu..

Waktu terus berjalan,
hidup juga harus terus maju
masa lalu ada untuk dikenang bukan untuk mengekang..

Itu kan yang kamu katakan padaku dulu?
Ketika perpisahan itu akan segera tiba?
ketika akhirnya kita memutuskan untuk berjalan di persimpangan yang berbeda?

Kamu tahu kata-katamu itu mungkin mudah untukmu, tapi sama sekali tak mudah untukku
Nyaris setiap hari aku terkekang oleh masa lalu kita,
nyaris setiap waktu ketika aku mengenangmu, airmata ini tak bisa berhenti mengalir...

"Na..." Arina menolehkan wajahnya. Kertas yang ia tulis melayang-layang di udara sebelum akhirnya mendarat dengan mulus di wajah seorang laki-laki yang tadi memanggil Aryani. Aryani sendiri begitu melihat pemandangan dihadapannya, hanya mematung. Gadis itu sulit percaya dengan pengelihatannya sendiri.

"Kata siapa aku tak terkekang oleh masa lalu kita? bahkan kata-kataku dulu itu hanya menjadi sebuah teori tak bermakna, Na." aimata Arina tumpah detik itu juga tanpa bisa ia cegah. Nata menarik lengan Arina, membantu gadis itu untuk bangkit dari duduknya untuk selanjutnya memeluk erat-erat gadis itu.

"Kita dulu bodoh, Na. Kita memilih jalan yang berbeda padahal kita sama-sama ingin memilih jalan yang sama. Aku belum terlambat untuk kembali berjalan di jalan yang sama denganmu, kan?"

Hari itu adalah hari paling bahagia untuk Arina. Tulisan-tulisan kerinduan Arina yang ia tunjukkan pada Nata kini hanya menjadi tulisan-tulisan usang tanpa makna. Nata sudah ada disini bersamanya... Dalam hati keduanya, mereka sama-sama berjanji untuk terus berada di jalan yang sama sesulit apapun rintangan yang akan mereka hadapi